Minggu, 22 Januari 2012

Hahahaha

Pak Susilo Bambang Yudoyono telah berhasil mnyingkat nma nya mnjadi SBY..
Tp dia bingung dalam memilih ketua KPK, karna bila nama para calon2 nya disingkat, jd lucu
Satrio Priyono Budi Utomo
(SPBU)
Narto Komar Baharudin
(Narkoba)
Busyro Burhan Ahmad Yamin
(Bubur Ayam)
Bakhul Somad
(Bakso)
Citro Lukito Basuki
(CiLukBa)
Hamdan Hamid Hasibuan
(Hahaha)
He....He....He...=))

Sabtu, 21 Januari 2012

LUCU


PERDEBATAN SENGIT ....

WIKIPEDIA : Aku tau semuanya.
FACEBOOK : Aku kenal dengan semua orang.
GOOGLE : Aku punya semuanya.
MOZILA : Tanpa aku kalian tidak bisa di akses.
EXPLORER : Kan gue masih ada.
MOZILA : Apaan sih lo, ganggu acara orang aja!
EXPLORER : Lo sih, ngaku-ngaku cuma ada lo sendiri!
INTERNET : Udah-udah! Jangan banyak bacot lo semua, kalo gak ada gue kalian semua gak bakalan ada!
FACEBOOK : Huuu, yang paling sering dikunjungin kan gue, jadi gue yang terbaik.
YAHOO : Facebook, Inget, tanpa gue lo gak bisa buat Email!
GOOGLE : Yahoo, Gue juga bisa buat Email.
INTERNET : zzz... udah tau gue yg paling hebat :P
KOMPUTER : Gua Paling Dewa di sini.
PLN : Bacot lo semua! Gua matiin nih listriknya! :@

Jumat, 20 Januari 2012

FRAKTUR


 
                                                                             BAB I

PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990 dalam Barbara Engram, 1998 : 266).
Fraktur jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian karena terjadinya pendarahan yang banyak dan hal ini termasuk dalam gawat darurat orthopedi, sedangkan terhadap kebutuhan dasar manusia yaitu dapat mengakibatkan komplikasi berupa kecacatan pada salah satu ekstremitas sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan.
Maka untuk mengatasi itu semua diperlukan peran perawat yang profesional guna mencegah atau mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh fraktur tersebut misalnya mengatasi pendarahan yang terlalu banyak sehingga dapat mengancam jiwa klien, dan untuk mengembalikan fungsi-fungsi organ tubuh secara optimal sehingga klien dapat melakukan aktivitas secara normal dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada rasa takut.
Hasil survey yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, maka kejadian Opea Fraktur Cruris di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 dengan jumlah 41 orang sedangkan Open Fraktur Cruris tersebut dapat menimbulkan terjadinya kerusakan jaringan dan infeksi yang beresiko terhadap biopsiko sosial dan spritual si penderita.
1
 
Gambaran di atas menimbulkan keinginan penulis untuk mengangkat asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur pada fraktur cruris secara komprehensif yang meliputi biopsiko sosial spritual dengan menggunakan proses keperawatan dan diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian klien dengan fraktur, terutama pada fraktur cruris sehingga klien dapat sembuh secara optimal.

B.   Tujuan Umum

Tujuan umum untuk melakukan dan melaporkan hasil asuhan keperawatan pada klien fraktur melalui proses keperawatan di ruang Orthopedi Rumah Sakit Daerah Ulin Banjarmasin.

C.  Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari asuhan keperawatan klien dengan fraktur terutama pada Fraktur Cruris adalah untuk :
1.   Melakukan pengkajian pada klien dengan fraktur cruris
2.   Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami fraktur cruris.
3.   Membuat intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada klien yang mengalami fraktur cruris.
4.   Melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan keadaan klien pada saat itu.
5.   Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien fraktur cruris selama berada di rumah sakit.
6.   Memenuhi syarat kelulusan Diploma III Keperawatan.

D.  Metodologi Asuhan

Metodologi asuhan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Opea Fraktur Cruris Sinistra menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.




 
                                                                             BAB II

TINJAUAN TEORITIS



A.  Tinjauan Teoritis dan Fraktur
1.   Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang-tulang putus dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung (R. Syamsuhidayat Wim De Jong, 1998 : 1138).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma. Beberapa fraktur sekunder terhadap proses-proses akibat trauma. Beberapa fraktur sekunder terhadap proses-proses penyakit seperti Osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis (Barret dan Bryant, 1990 dalam Barbara Engram, 1998 : 266).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang normal yang terjadi ketika mendapat tekanan yang berlebihan pada tulang dari pada yang dapat diserapnya. Kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya (kulit, jaringan subkotan, otot, pembuluh darah, syaraf, ligamea dan tendon) juga sering terjadi (Joyce M. Black, 1997 : 2129).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan bentuk dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang mendapat tekanan yang lebih besar daripada yang dapat diserapnya (Suzanne C. Smeltzer and Brenda G. Bare, 2000 : 1835).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh ruda paksa atau benturan yang langsung maupun tidak langsung dan juga beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti Osteoporosis yang dapat menyebabkan Fraktur Patologis.


a.    Klasifikasi fraktur menurut Joyce M. Black (1997 : 2131) berdasar :

 
1)   Menurut tingkat kerusakan / jenis fraktur
a.    Fraktur terbuka
b.   Fraktur tertutup
2)   Menurut keretakan tulang
a.    Fraktur Tranversum
      Fraktur yang terjadi pada seluruh struktur tulang/injuri dengan garis mendatar.
b.   Fraktur Obligue
      Fraktur yang terjadi menembus pada seluruh struktur tulang dengan garis miring
c.    Fraktur Sosial
      Fraktur yang menembus pada seluruh tulang struktur tulang dengan garis berkelok.
d.   Fraktur Communited
      Fraktur lebih dari tiga keretakan tulang
e.    Fraktur Segmental/Greenstick
      Fraktur hanya sebagian
3)   Menurut kondisi tulang
a.    Fraktur Impacted
b.   Fraktur lungitudinal
c.    Fraktur Depresi
d.   Fraktur Compresi
4)   Menurut luasnya
a.    Fraktur komplit
b.   Fraktur inkomplit
5)   Menurut Lokasi Fraktur
a.    Fraktur Proxinial
b.   Fraktur Medial/Midshaft
c.    Fraktur Distal.

2.   Etiologi
Menurut R. Syamsuhidayat dan Wim De Jong (1998 : 113-1139) trauma yang menyebabkan fraktur pada tulang adalah :
a.    Trauma Tajam
      Trauma / kekerasan langsung yang menyebabkan terjadinya patah tulang pada titik kekerasan itu, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
b.   Trauma Tumpul
      Trauma / kekerasan yang tidak langsung yang menyebabkan patah tulang di tempat yang utuh dari tempat di mana terjadi benturan misalnya tumor, inteksi, dan osteoporosis tulang.

Selain itu terdapat jenis patah tulang yang tidak disebabkan oleh trauma tetapi disebabkan oleh adanya proses patologi, misalnya tumor, infeksi, dan osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang kurang dan disebut patah tulang patologis.

3.   Patotisiologi
Menurut Joyce M. Black (1997 : 2132) pada waktu fraktur, otot meregang sampai akhirnya mencukupi sepanjang lintasan potongan tulang, otot kemudian spasme dan menarik bagian-bagian tulang pada berbagai posisi. Kelompok otot besar dapat membuat spasme pasif dan perubahan tulang besar seperti femur. Pada porsi distal yang fraktur terjadi perubahan bagian fraktur dan fragmen tulang tergantung pada kekuatan kausatif dan derajat ke samping. Pada sudut (ongulasi), atau disebut sebagai segmen tulang menyamping dan pemindahan segmen boleh rotasi atau keluar.
Ketika tulang rusuk, periosteum dan pembuluh darah dalam korteks, sum-sum tulang dan jaringan lunak di sekitarnya mengalami kerusakan. Pendarahan terjadi dari bagian yang rusak dari tulang dan jaringan yang lunak (otot). Hemalom dibentuk dalam medula canal, diantara bagian fraktur tulang dan di bawah peristeum, jaringan tulang dengan segera mengalami kematian. Jaringan nekrosis menstimulasi dengan pandangan, dengan karakteristik vasodilatasi, cedera, nyeri, kehilangan fungsi, eksudat plasma leukosit dan infiltrasi sel darah putih.
Proses terjadinya fraktur, dapat dilihat pada skema di bawah ini :
§  Kekerasan yang timbul secara mendadak


§  Jaringan tidak mampu menahan


§  Spasma otot


§  Perubahan posisi tulang


§  Periosctium, pembuluh darah dan korteks, sum-sum tulang dan jaringan lunak di sekitarnya mengalami kerusakan


 



§  Pendarahan
§  Hematom


 


§  Kematian jaringan jantung / inflamasi.
 (Vasolidatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi eksudat plasma dan lekosit, infiltrasi sel darah putih).



Proses penyembuhan luka
Hematom           hambatan suplai zat-zat yang diperlukan tulang
Penumpukan zat kapur dan besi             pengapuran            callus           jaringan penutup.

4.   Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala fraktur dapat spesifik, tergantung pada penyebab jenis fraktur, lokasi dan tingkat kerusakan pada fraktur secara umum.
Tanda dan gejalanya sebagai berikut :
a.    Bengkak
      Terjadi karena pendarahan pada jaringan tulang yang mengalami fraktur karena injuri / rusaknya pembuluh darah pada tulang tersebut.
b.   Nyeri
      Terjadi karena penumpukan darah pada jaringan tulang yang mengalami fraktur, yang menyebabkan penekanan pada ujung syaraf tulang.
c.    Kemampuan fungsional berkurang
      Terjadi karena diskontinuitas tulang, ketidaksinkronan fungsi otot ligamen dan syaraf.
d.   Detormitas
      Terjadi karena pendarahan pada area fraktur akibat ruptur pada arteri dan vena besar.
e.    Diskolasi
      Terjadi karena diskontinuitas struktur tulang.
f.    Crepitus
      Bunyi “krak” bila tulang bersentuhan
g.   Pendarahan
      Melalui luka-luka / fraktur yang terbuka karena kerusakan arteri atau vena.
Bloch Bernoch (1986) menjelaskan gejala yang dialami pada klien fraktur adalah :
a.    Nyeri, pembengkakan dan nyeri tekan pada daerah fraktur
b.   Kedudukan yang tidak normal
c.    Hilangnya anggota gerak dan persendian

5.   Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susan Martin Tucker, dkk (1998 : 435) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan fraktur adalah :
a.    Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.
b.   Scan tulang (fomogram, scan CT / MRI) : memperlihatkan fraktur dan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
c.    Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d.   Hitung darah lengkap : HT mungkin meningkat (hemo konsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Hb, leukosit, LED, golongan darah dan lain-lain.

6.   Penatalaksanaan Medis
Menurut Susan Martin Tucker, dkk (1998 : 435) penatalaksanaan medis untuk fraktur adalah :
a.    Traksi
b.   Reduksi tertutup dengan menggunakan gips atau fiksasi luar alat-alat dari logam yang dipasangkan pada tulang dengan menggunakan pen.
c.    Reduksi terbuka dengan memasukkan pen, skrup, plat, kawat atau jarum.
d.   Pemasangan brace (alat penyokong atau pelurus), traksi, bebas atau sling.
e.    Pemberian obat-obatan seperti : analgesik, antibiotik.
f.    Tirah baring dalam posisi khusus.
g.   Diit, aktivitas, istirahat, pembatasan mobilitas.
B.   Keperawatan Fraktur Cruris
1.   Pengkajian
Menurut Marilyn E. Doengdes (2000 : 761-773) data dasar pengkajian pasien fraktur adalah :
a.    Aktivitas / Istirahat
      Tanda dan gejala       :  keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera setelah fraktur itu terjadi atau secara sekunder, dari pembengkakan jaringan dan nyeri).
b.   Sirkulasi
      Tanda                        :  Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardi (respon stress, hipovolemia) penurunan / tak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat dan bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cidera.
c.    Neurosensori
      Gejala                        :  Hilang gerakan / sensasi, spasme otot, kibas / kesemutan (parestesis).
      Tanda                        :  Detormitas lokal, ingulasi abnormal, pemendekan rotasi krepitulasi (bunyi berderit) spasme otot terlihat kelemahan / hilang fungsi.
d.   Nyeri / Kenyamanan
      Gejala                        :  Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera / mungkin terlokalisasi pada area jaringan  (kerusakan  tulang ; dapat berkurang pada mobilisasi) : tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf, spasme / kram otot (setelah mobilisasi)

e.    Keamanan
      Tanda                        :  Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

2.   Diagnosa Keperawatan
Menurut Marilyn E. Doengoes (2000 : 764-773) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien fraktur adalah :
a.    Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur.
b.   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur atau pemasangan traksi.
c.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan trauma jaringan.
d.   Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur.
e.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan atau kerusakan rangka neuromuskuler.

3.   Perencanaan
Menurut Marilyn E. Doengoes (2000 : 764-773) perencanaan kegiatan pada klien dengan fraktur adalah :
a.    Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur.
1.   Pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang.
2.   Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong.
3.   Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
4.   Berikan alternatif tindakan perubahan posisi pijat punggung atau perubahan posisi.
      Kolaborasi :
5.   Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan analgesik non narkotik sesuai dengan program medik.
b.   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur atau pemasangan traksi.
1.   Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatian persepsi pasien terhadap imobilisasi.
2.   Dorong  penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang sakit.
3.   Berikan atau bantu dalam mobilitasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin, instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.
4.   Awasi TD setelah melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.
c.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan atau kerusakan neuromuskular.
1.   Berikan bantuan pada aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, izinkan untuk merawat diri sesuai dengan kemampuannya.
2.   Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik / rekreasi.
3.   Dorong dan bantu dalam perawatan diri / kebersihan, contohnya mandi, berpakaian, toilet, training dan lain-lain.
d.   Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur
1.   Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan perubahan warna.
2.   Massage kulit dan tonjolan tulang, pertahankan tempat tidur kering dan bebas kuman.
3.   Ubah posisi dengan sering dengan penggunaan trapezi bila mungkin.
4.   Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
e.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan trauma jaringan
1.   Infeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekkan kontinuitas.
2.   Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri / rasa terbakar atau adanya cedera, dan bau tak enak.
3.   Observasi luka untuk pembentukan luka, krepitulasi, perubahan warna kulit kecoklatan.
Kolaborasi :
4.   Awasi pemeriksaan laboratorium seperti hitung darah lengkap, LED.
5.   Berikan obat sesuai program medis, contohnya antibiotik IV / Topikal.

4.   Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan fraktur adalah :
a.    Klien mendemonstrasikan bebas nyeri, nyeri hilang.
b.   Klien mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi yang berhubungan dengan imobilisasi, meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi.
c.    Tidak terjadi infeksi, luka mencapai penyembuhan yang maksimal dan sesuai dengan waktu.
d.   Pertusi jaringan yang adekuat.
e.    Klien mendemonstrasikan tidak ada defisit perawatan diri.










 
DAFTAR PUSTAKA




Black, Joyce M. 1997. Medical-Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care.

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian, Edisi 3 alih bahasa : I Made Kariasa, Skp. Jakarta : EGC

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Alih Bahasa : Dra. Suharyati Samba, SKp. Dkk. Jakarta : EGC.

Lewis, Sharon Mantik, Et Al. 2000 Medical-Surgical Nursing : Assesment and Management of Clinical Problems. USA : C.V Mosby Company.

Syamsuhidayat, R. dan Wim De Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. and Brend g. Bare. 2000. Textbook of Medical Surgical Nursing. 9 tahun Edition. Philadelphia : Lippincott.

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi. Edisi V. Jakarta : EGC.